Banyak yang mengatakan bahwa twitter adalah cara yang baik untuk
tetap berhubungan dengan teman-teman. Namun, beberapa pengguna merasa
'terlalu' terhubung, karena mereka selalu menerima pesan yang tidak
relevan dengan kebutuhan mereka.
Berbagai penelitian di sekitar Twitter telah dilakukan seperti bidang sosiologi dan perilaku. Sebuah penelitian dilakukan Bruno Goncalves
menyatakan bahwa jaringan sosial modern membantu seseorang berinteraksi
namun kendala biologis dan fisik membatasi hubungan sosial secara
stabil.[12]
Nielsen Online melaporkan bahwa Twitter memiliki tingkat pemeliharaan
pengguna sebesar 40%. Banyak orang berhenti menggunakan layanan ini
setelah satu bulan karena situs ini berpotensi mencapai hanya sekitar
10% dari semua pengguna internet.
Pada bulan Maret 2009, komik strip Doonesbury mulai menyindir
Twitter. Banyak karakter menyoroti kicauan yang mengikuti pemutakhiran
topik hangat (trend updates) terus-menerus. SuperNews! juga
mengatakan bahwa Twitter sebagai kecanduan dan mengatakan kicauan tidak
lebih dari “teriakan ke kegelapan berharap seseorang mendengarkan”.
Scott A. Golder dan Michael W. Macy
menganalisis lebih dari 500.000 update oleh 2,4 juta pengguna Twitter
di 84 negara selama 2 tahun. Data dibagi menjadi kelompok-kelompok
update berdasarkan jam. Temuan menunjukkan Twitter menegaskan pola
seharian.[13]
Alessio Signorini menggunakan data menciak pengguna Twitter untuk mengganalisis tingkat penyebaran flu H1N1 di Amerika Serikat.[14] Marcel Salathé dan Shashank Khandelwal
melacak bagaimana pola pikir pengguna Twitter berkorelasi dengan
tingkat partisipasi vaksinasi H1N1 dan bagaimana perasaan negatif atau
positif mempengaruhi pengguna lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar